Senin, 13 Desember 2010

Karakter Fiksi yang Berkesan


1. Miss Marple dalam karya-karya Agatha Christie
Miss Marple adalah seorang tokoh dalam buku-buku bergenre detektif karya Agatha Christie. Tidak seperti Hercule Poirot (detektif asal Belgia dengan kepala bulat telur, kumis yang khas dan kerap berkomentar "Biarkan aku berpikir dengan sel abu-abuku), bagi saya, Miss Marple lebih humble. Tinggal di sebuah kota kecil dan tidak menikah, Miss Marple senang berkebun, merajut, minum teh dan senang mendengar. Dari pengalamannya bertemu dengan macam-macam orang, Miss Marple memecahkan suatu kasus dengan mencari benang merah pola karakter. Kerap kali Miss Marple berbicara "Gadis itu mengingatkanku pada si.."



2. Dai Yonogi dalam komik Sabbath Cafe (karya Emiko Yachi)
Dai Yonogi adalah remaja 13 tahun asal Jepang yang sempat tinggal di Chicago. Remaja dengan ingatan luar biasa ini yatim piatu. Di Chicago ia dititipkan pada Ken Jogasaki, seorang programmer komputer. Belajar dari Ken--yang kemudian meninggal, Dai menciptakan game Sabbath Child yang laku keras di pasaran dan membuatnya kaya raya. Tapi Dai tidak bahagia. Ia menjadi pribadi yang tertutup, dingin, dan terkesan tak peduli pada orang lain. Saat pindah ke St George International School di Jepang--dengan kemauan dan biaya sendiri--Dai menyembunyikan identitasnya. Saat anak-anak lain penasaran ingin berkunjung ke rumahnya, Dai membayar sepasang suami istri untuk berpura-pura sebagai orangtuanya. Di rumah, Dai juga menciptakan program komputer percakapan dengan Ken, dengan jawaban yang sudah disiapkan Dai, sesederhana pertanyaan: "Halo Dai, bagaimana sekolah?" Di kemudian hari, Dai--yang semasa kecilnya dititipkan kesana kemari oleh mendiang ibunya dan sempat mengalami pelecehan seksual--mengungkapkan perasaannya dengan "Semua orang hanya lewat dalam hidup kita. Jangan berharap, jangan meminta lebih." 

3. Benio dan Shino dalam komik Miss Modern dan Little New York (karya Waki Yamato)
Kedua karakter ini sebenarnya nyaris mirip, menurut saya. Benio bekerja sebagai wartawan di suatu majalah. Shino bekerja sebagai fotografer. Namun keduanya sama-sama: cerdas, nekat, mandiri, tomboy, gokil luar biasa cenderung sarap, namun juga sekaligus romantis. Benio setia menanti tunangannya, Letnan Dua, yang konon hilang saat badai salju dalam perang. Dan Shino mengalami masa kejar-kejaran yang cukup panjang dengan suaminya, Daniel Artwing, saat menyatakan cinta. Saya tak pernah gagal tertawa saat Benio mencoba bunuh diri dengan mencelupkan wajahnya ke dalam baskom atau merendam dirinya dalam drum bir--yang membuatnya teler, tapi tidak keracunan alkohol, juga saat Benio yang harusnya meliput suatu demo wanita, malah ikutan berdemo. Sama seperti saat saya tak pernah gagal tertawa saat Shino yang dibesarkan sebagai laki-laki, memeras cuciannya sampai robek-robek saking kuatnya, atau saat Shino kejar-kejaran rebutan paha ayam dengan kucingnya.    

4. Rosemary dalam komik The Duck of Mr Fredward (karya Keiko Ushijima)
Tokoh penasehat penyelesai masalah bisa ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam komik ini, tokoh itu berupa seekor bebek betina yang bisa bicara bernama Rosemary. Rosemary melamar sebagai pengurus rumah tangga seorang penulis bernama Kevin Fredward. Sepanjang 9 seri komik ini, Rosemarylah yang banyak mengajari Kevin tentang nilai-nilai kehidupan, persahabatan, dan cinta. Hal-hal yang semula dikubur Kevin, dengan masa lalunya sebagai bagian dari geng anak jalanan. Meski demikian, saya tetap trenyuh saat Rosemary--yang dalam komik ini jarang bercerita tentang dirinya dan keinginannya--pada suatu hari yang cerah berujar "Aku berharap akan dunia yang tak terkejut melihat seekor bebek minum teh dari cangkir," (ini terjadi saat Rosemary yang semula minum teh di halaman terpaksa menyingkir karena ada tetangga yang menonton). 

5. Pasangan suami istri Shoba dan Shakumar dalam cerpen Masalah Sementara yang terdapat dalam kumcer Interpreter of Maladies (Penerjemah Luka, karya Jhumpa Lahiri)
Ada kalanya, rutinitas sehari-hari dan luka masa lalu bisa menguapkan kemesraan. Mungkin itulah yang dialami Shoba dan Shukumar. Sejak Shoba keguguran, ia memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai editor. Sementara Shukumar terus berkutat dengan disertasinya yang tak kunjung usai. Dalam satu ranjang yang sama, mereka membangun dinding kedap suara yang tak kelihatan dengan ketebalan yang tak teraba. Rutinitas itu menjadi berwarna saat listrik mati dan mereka terpaksa menyalakan lilin saat makan malam. Dengan temaram cahaya lilin, mereka pun saling mengajukan pertanyaan, mengenai hal-hal yang tak diketahui satu sama lain. 

6. Si Seniman dalam The Hunger Artist (karya Franz Kafka)
The Hunger Artist adalah kisah tentang seorang seniman yang kebolehannya adalah menahan lapar. Karena kebolehannya ini, ia kemudian menjadi atraksi khusus di suatu sirkus keliling. Cerita surealis ini saya pikir, sebagiannya adalah perasaan Kafka, saat ia menderita TBC. Saat itu, Kafka yang hanya bisa menerima asupan makanan dari selang-selang infus, menulis cerpen ini. Dan saat membaca cerpen ini, saya bisa merasakan betapa depresinya Kafka, saat ia di rumah sakit. Betapa para penjenguk seolah-olah menganggapnya sebagai tontonan dan menanyakan kabarnya dengan basa-basi dan sambil lalu. 

7. Assurancetourix dalam serial Asterix (karya Uderzo dan Goscinny)
Saya kerap iba pada tokoh yang satu ini. Karena ia selalu diikat di pohon dengan mulut tersumpal, saat tengah ada pesta. Well, meski penyanyi bersuara sumbang ini memang kerap kelewat yakin akan kemampuannya, tetap saja saya iba dengan perlakuan suku Galia padanya. Karenanya, saya senang sekali saat seorang anak kecil menyukai nyanyian Assurancetourix (dalam Asterix di Spanyol) dan memintanya menyanyi sebagai pengantar tidurnya--pun kemudian diteriaki oleh para warga suku Galia.   

8. Noelle Page dalam Lewat Tengah Malam (karya Sidney Sheldon)
Hampir semua karakter sentral dalam novel-novel Sidney Sheldon adalah para wanita muda yang cerdas, cantik, dan ambisius. Begitu juga dengan Noelle, gadis muda yang dihamili oleh Larry, pilot yang playboy. Selama tujuh tahun berikutnya, Noelle yang dendam mulai menyusun rencana pembalasan. Dimulai dengan menggugurkan bayinya, kemudian dengan melaju karirnya sebagai model. Ia berharap dengan banyak wajahnya terpampang menghiasi sampul majalah, Larry akan ingat dirinya. Yang mana, tidak. Bahkan sampai saat terakhir pun--ironisnya--Noelle tetap tidak memberitahu jati dirinya pada Larry. 

9. Elizabeth dalam Rumah di ujung Jalan (karya Enid Blyton)
Sedari awal, karakter Elizabeth telah simpatik. Ia baik hati, tidak seperti kakak perempuannya yang populer dan angkuh, atau adik lelakinya yang meski pintar namun malas. Elizabeth juga senang menulis dan memberanikan diri untuk mengirim tulisannya ke media. Hati saya masih saja hangat saat membaca bagian Elizabeth menerima honor pertamanya, juga saat Elizabeth yang semula minderan menjadi percaya diri. 

10. Ibunda An-mei dalam kisah Burung-burung Gelatik, dalam buku The Joy Luck Club (karya Amy Tan)
Sepeninggal ayah An-mei, ibunda An-mei menjadi selir ke empat seorang pedagang kaya bernama Wu Tsing. Ia tinggal satu rumah dengan Istri Pertama yang tua dan pemadat, Istri Kedua yang licik dan manipulatif, Istri Ketiga yang selalu tunduk pada perintah Istri Kedua, dan Istri Kelima, anak gadis penjual batu bata di desa yang dibeli Wu Tsing senilai beberapa dolar. Sedari awal, saya bertanya-tanya, kenapa karakter ibunda An-mei dan kepahitan yang dialaminya ini terasa begitu nyata. Jawabannya saya temukan di kumpulan esai Amy Tan berjudul Opposite of Fate. Rupanya, kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi nenek dari Amy Tan. 

0 komentar:

Posting Komentar