Dan yang tersisa adalah lantai halaman Plasa yang kosong, dengan beberapa helai daun kering yang rontok dari pohon beringin tempat kita biasa bercengkerama.
Dan yang tersisa adalah lembar-lembar lapuk catatan hati, yang kita bagi saat masih gemar bermimpi di senja hari, berkejaran dengan matahari.
Dan yang tersisa adalah dinding, yang entah sejak kapan dia tercipta. Dinding yang tumbuh membatasi ruang hati, sementara kita hanya bisa meraba-raba ketebalan dan tingkat kedap suaranya.
Dan yang tersisa adalah lambaian selembar sapu tangan. Karena sejak dinding ini mendewasa, berarti waktunya kita kembali bertumbuh, berlomba-lomba menuju cahaya, meski dengan rute dan peta yang berbeda.
Dan yang tersisa adalah sebentuk ucapan terima kasih. Untuk kebersamaan yang hangat atas satu perjalanan menyenangkan dan memberikan banyak pelajaran.
Dan yang tersisa adalah doa, saat kita berpisah di persimpangan. Semoga Tuhan selalu menyertai setiap ayunan langkah.
Dan yang tersisa adalah Cinta, yang tak pernah pudar. Pun kita menua dan tiba waktunya tutup usia di belakang halaman rumah kita.
0 komentar:
Posting Komentar