Itulah reaksi pertama saya, kala mendapat tawaran untuk bergabung dalam antologi Jumpalitan Menjadi Ibu. Bukan hanya karena singkatnya tenggat waktu yang diberikan (3 hari), namun juga karena kontributor lain adalah para penulis senior papan atas. Ada Mbak Sari Meutia, Mbak Estu Sudjono, Mbak Ambhita Dhyaningrum, Mbak Tria Ayu Kusumawardhani, Mbak Indah Julianti Sibarani, Mbak Dewi Rieka, Mbak Nadiah Alwi, Mbak Fitria Chakrawati, Mbak Haya Aliya Zaki, Mbak Indah IP, Mbak Sylvia Namira, Mbak Nunik Utami Ambarsari, Mbak Erlina Ayu, Mbak Shinta Handini, Mbak Qonita Musa, Mbak Triani Retno, Mbak Nita Candra, dan Mbak Aan Wulandari. Tak hanya itu, antologi terbitan Lingkar Pena ini juga dieditori Mbak Rini Nurul Badariah. Duh, jadi ciut rasanya.
Apalagi, sehari setelah menyatakan bersedia bergabung, saya masih blank mau nulis apa. Sampai mereweli Mas Catur dengan berkali-kali curhat “Papaaa, Mama nggak tau mau nulis apa. Gimana ini, gimana ini, gimana ini?”
Alhamdulillah, ilham datang di hari ke dua (memang sebelumnya pamit kemana, No? *halah*). Dan alhamdulillah, ide disetujui oleh Mbak Rini. Jadilah saya menulis tentang salah satu momen yang sempat membuat saya frustasi menjadi ibu—bahkan sekarang pun masih.
H-1, artikel pun saya kirim ke Mbak Rini. Sengaja saya kirim H-1, dengan prediksi, jika ada revisi besar, insya Allah masih ada waktu untuk mengerjakan. Alhamdulillah, Mbak Rini berkomentar “Oke No, nggak ada koreksi prinsipil ya.” Horeee!
Memang sempat ada satu sub judul yang terganjal. Namun karena saya harus mengambil pesanan buku di penerbit, diskusi pagi itu terpaksa tertunda. Alhamdulillah, saat sedang menunggu proses pesanan buku di penerbit, saya mendapat ide. Segera saya sms Mbak Rini. “Mbak Rin, gimana kalo kalimat tadi jadinya begini…”
***
Tidaklah mudah menjadi seorang ibu. Saya rasa, setiap ibu tentu pernah merasakan momen-momen jumpalitan. Mengutip dari notes Mbak Rini: "ada cerita menarik tentang ibu yang anak remajanya memasuki masa puber, kisah ibu berhenti bekerja setelah bertahun-tahun berkarier, ibu yang memutar otak menjawab pertanyaan anak tentang seks, ibu belajar memasak, serta seorang penulis yang keluar dari 'trademark' dan membuat mata saya berkaca-kaca membaca tulisannya."
Pada hari-hari jumpalitan saya, ada satu mantra yang kerap saya rapal. Mantra yang saya cuplik dari buku Iris Krasnow: Surrendering to Motherhood, I Love To Be A Mom, itu berbunyi "Saya tak ingin mengatakan bahwa saya seorang ibu teladan yang sempurna; saya hanyalah seorang ibu yang berusaha setiap hari untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya." (hal 18).
Terima kasih banyak pada Mbak Rini Nurul Badariah, Mbak Rahmadiyanti Rusdi dan Lingkar Pena atas kesempatan yang diberikan. Selamat kepada teman-teman penulis lainnya. We did it, yay! :D
Semoga Jumpalitan Menjadi Ibu bisa bermanfaat bagi pembaca, aamiin :)
0 komentar:
Posting Komentar