Jumat, 25 Oktober 2013

Dari Balik Jendela Mereka


Judul: A Life Like Mine, How Children Live Around the World
Penerbit: Dorling Kindersley Book, bekerjasama dengan UNICEF
Jumlah hal: 128 halaman
 ==================
Jutaan anak di dunia menjalani kehidupan berbeda dengan kita. Tak hanya memiliki tampilan fisik dan bahasa yang berbeda, mereka juga menghadapi tantangan yang berbeda setiap hari.

Namun, mimpi dan harapan mereka serupa. Apa sajakah itu?  
Hak-hak Dasar Anak

Dengan mengusung misi UNICEF yang menggarisbawahi hak-hak dasar anak, buku ini terdiri atas empat bab: Survival, Development, Protection, Participation. Dalam bab Survival, akan dibahas hak-hak dasar anak untuk memperoleh air, makanan, rumah, serta hidup yang sehat.

Sementara bab Development membahas hak anak untuk memperoleh pendidikan dan bebas bermain, bab Protection membahas hak anak untuk memperoleh perlindungan dan kasih sayang. Bab ini juga melarang eksploitasi terhadap pekerja anak-anak dan keterlibatan anak-anak dalam perang. Tak hanya itu, juga dibahas tentang anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Betapa mereka juga memiliki hak dasar yang sama, dan semestinya tak terkungkung dengan kekurangan mereka.  

Participation sebagai bab terakhir membahas hak anak untuk memiliki identitas, baik berupa nama, kewarganegaraan dan agama. Pada bab ini pula, dibahas hak anak untuk berekspresi dan mengemukakan pendapat, serta menjalani kehidupan yang bahagia.

Dalam buku setebal 128 halaman ini, kita juga berkenalan dengan anak-anak di seluruh dunia. Dari 18 profil anak dengan rentang usia 9-18 tahun, ada Taralyn dan CJ dari Amerika Serikat, Natalie dari Inggris, Mayerly dari Kolombia, Ivana dari Yugoslavia, Mahasin dari Sudan, Sbongile dari Afrika Selatan, Vincent dari Rwanda, Sibasih dari India, Arif dari Bangladesh. Tak ketinggalan, ada Maria dari Afghanistan, Nou dari Laos, Michael dari Australia, Najasha dan Abdisukri dari Belanda, Eli dari Israel, Ivana dari Yugoslavia, serta Nadin dari kamp pengungsian di wilayah Palestina.

Dari balik jendela mereka, kita pun akan diajak melihat lebih dekat. Sementara Najaha di Belanda bisa dengan mudahnya mencuci piring dari keran di dapur, Nou di Laos harus berjalan kaki ke sungai terdekat demi memperoleh seember air.

Di Afrika Selatan, ada Sbongile yang akhirnya bisa bersekolah di Ellerton Primary School. Beberapa tahun lalu saat hukum apartheid masih berlaku, hal ini sungguh mustahil. Sementara di Australia, Michael menjalani sekolah jarak jauh. Karena tinggal ratusan kilometer dari sekolah, ia pun berkomunikasi dengan guru menggunakan radio dua arah dan mengirim PR lewat pos.  

Dampak perang dan Isu Buruh Anak

Sejumlah anak menghadapi hambatan besar untuk memperoleh hak-hak mereka. Saat terjadi perang di Sierra Leone, sejumlah tentara menculik Isa. Dua tahun ditawan, Isa kemudian dibebaskan. Perang dan masa tawanan itu membuatnya kehilangan tiga tahun masa sekolah.

Hambatan lainnya, perburuhan anak. Dalam buku ini, kita akan melihat lebih dekat Dana dan Arif. Berusia sepuluh tahun, Dana bekerja sebagai penjual manisan di sebuah jalan di Erbil, Irak. Sementara Arif bekerja sebagai pelukis becak di Bangladesh.

Wilayah anak dipekerjakan bisa beragam. Namun kita kerap lupa, betapa wilayah itu tak hanya terbatas di ladang atau pabrik. Namun juga, di rumah sendiri. Di Mauritania, ada Mame Diara. Gadis yatim piatu yang tinggal dengan para sepupunya ini, sehari-hari bertugas memasak, membersihkan rumah, serta menggembala ternak.

Beruntung, Isa kini telah pulang dan kembali bersekolah. Sementara Arif memperoleh kesempatan menjadi seorang reporter suatu acara televisi untuk anak, Mukta Khabor. Tentang cita-citanya, Arif berujar “If I were president, I would help parents so they don’t have to send their children to work.” (halaman 81).  

Asa, dan yang Menyerupainya

Tinggal di belahan dunia yang berbeda, seluruh anak dalam buku ini memiliki satu kesamaan. Mereka ingin mengubah dunia menjadi suatu tempat yang lebih baik.

Maria di Afghanistan bercita-cita menjadi guru. Sementara Isa ingin menjadi dokter dan Ivana di Yugoslavia ingin menjadi perawat. Tak ketinggalan, Nadin di kamp pengungsian di wilayah Palestina yang mengharapkan perdamaian antara Israel dan Palestina. Dan Mayerly di Kolombia, bergerak dalam Children’s Movement for Peace. Perang sipil yang terjadi di Kolombia selama lebih dari empat puluh tahun ini telah begitu melelahkan Mayerly.

Bersama lebih dari 100 ribu anak, Mayerly bergabung dalam aksi perdamaian yang mengutamakan permainan dan persahabatan. Disusun dengan melibatkan sembilan orang fotografer yang tersebar di sejumlah negara, dan belasan guru, sekolah, serta organisasi, buku ini merupakan media yang baik bagi anak untuk belajar mengenai perbedaan dan cara hidup anak-anak lain di dunia. Tak hanya menyajikan data dengan ilustrasi yang mudah dipahami, buku ini juga diperkaya dengan foto-foto indah.

Seindah keunikan dan keistimewaan setiap anak. Karena mengutip kata pengantar dari Jemima Khan, UNICEF UK Special Representatives. “You are special. You deserve protection and support as you grow to adulthood. You are part of the present, but all of the future.”

0 komentar:

Posting Komentar