Jumat, 25 Oktober 2013

Kejutan-kejutan Kecil O.Henry

Judul : Stories by O. Henry
Penulis : O. Henry
Penerbit : Prentice Hall International, Inc

“There’s nothing new under the sun”. Itulah karya O. Henry yang pertama kali saya baca. Sebuah cerita pendek yang berkisah tentang seorang penulis yang menemui writer’s block. Tiba-tiba, sebuah ide melintas di kepalanya. Bak seorang pemburu handal, segera ditangkapnya ide itu. Diikatnya kuat-kuat, untuk kemudian dibawa pulang, dikuliti, dan dimasak dalam kuali ide di kepalanya.
Kuali ide yang panas dengan asap mengepul-ngepul itupun makin kaya aroma dengan banyak taburan bumbu. Plot. Karakter tokoh. Suprising ending. Kosakata yang kaya. Rima. Dan masih banyak lagi bumbu lain yang ditaburkan si penulis, sampai voila! Tersajilah sebuah cerita pendek gres karya si penulis.

Bayangkan betapa luar biasa plong dan leganya hati si penulis saat semangkuk cerita pendek ramuan ide dengan beragam bumbu racikan orinisilnya itu matang. Bayangkan betapa bangga dan jumawanya hati si penulis kala membayangkan semua orang mencicipi kata demi kata ciptaannya, untuk kemudian menelan semangkuk cerita pendek itu dengan perut dan kepala membuncit kekenyangan. ”Sungguh, inilah cerpen terbaik yang pernah kulahap,” puji mereka mengelu-elukan si penulis.

Dan bayangkan, bagaimana perasaan si penulis, ketika ia menemukan cerita pendek maha karyanya itu di sebuah majalah terbitan nyaris 4 tahun lalu. Tersaji dalam plot, karakter dan ending yang sama, bahkan dengan kalimat dan kosakata yang nyaris sama dengan mahakaryanya yang terjilid rapi siap kirim di rumah. Dengan hanya satu detil kecil perbedaan. Yaitu, pada nama si penulis.

Ah, surely, there’s nothing new under the sun…
***
O. Henry adalah nama pena dari William Sydney Porter, yang lahir di Greensboro, North Carolina, pada tahun 1862. Pun ia DO dari sekolah sejak umur 15 tahun untuk bekerja di apotek pamannya, O. Henry tetap rajin membaca. Saat berumur 20 tahun, ia tinggal di peternakan domba di Texas. Dua tahun di sana membuatnya akrab dengan para koboi dan pemilik ranch—yang muncul pada sejumlah karakter dalam salah satu cerpennya, Heart of the West.

Pada tahun 1884, O. Henry pindah ke Austin, Texas. Di sanalah ia menikah dan bekerja sebagai juru ketik di suatu bank—yang kemudian juga muncul pada karakter dalam salah satu cerpennya, Jimmy Valentine. Tahun 1896, O. Henry tersandung kasus korupsi. Pun merasa tak bersalah, O. Henry yang ketakutan memutuskan untuk pindah ke Amerika Pusat—yang kemudian menjadi dasar ceritanya dalam Cabbages and Kings.

Enam bulan kemudian, ia kembali ke Texas demi merawat istrinya yang sakit. Sampai pengadilan kemudian menjatuhkan vonis tahanan pada O. Henry selama 3 tahun (1898-1901) di penjara pusat Columbus, Ohio. Tempat yang membuatnya mulai menulis kembali. Seperti misalnya, saat ia ingin membelikan hadiah Natal bagi putrinya—yang tertuang dalam salah satu cerpennya, The Christmast Gift.

Di penjara pulalah, O. Henry menemukan nama pena yang pas untuknya. Berasal dari nama salah satu sipir penjara—Orrin Henry, O. Henry pun menerbitkan cerpen pertamanya dengan nama pena barunya pada tahun 1899.
***

Bagi saya, membaca karya-karya O. Henry laiknya membuka sebuah kado. Penuh excitement. Penuh kejutan. Dalam The Chrismast Gift misalnya. Cerpen yang juga salah satu cerpen favorit saya ini bertutur tentang pasangan suami istri bernama James Dillingham Young dan Delia.

Sebagai pasangan miskin, mereka tak punya banyak barang berharga. Salah satunya adalah jam tangan Jim, yang tali kulitnya putus. Yang kemudian ingin digantikan Delia dengan rantai platinum, sebagai hadiah Natal untuk Jim.

Namun, sisa uang 1 dolar 87 sen yang ada pada Delia tentu saja tak cukup untuk membeli rantai mahal itu. Untuk menutupnya, Delia pun memutuskan untuk menjual rambutnya ke Madame Safronie, sebuah salon penjual wig. Tempat di mana rambut indah berkilau Delia dihargai 20 dolar.

Berbekal uang 20 dolar, Delia yang berambut pendek pun segera berlari ke toko jam untuk membeli rantai jam. Untuk kemudian pulang ke rumah, dan menunggu suaminya pulang. Selesai memasak dan mengeriting rambut pendek barunya, Jim pulang. Di mana wajah Jim seketika pucat saat melihat rambut pendek baru Delia.

Karena demi membelikan sebuah hadiah Natal bagi istri tercinta, Jim telah menjual jam tangannya yang berharga. Untuk sebentuk kado berupa satu set sisir cantik dari toko Broadway, tempat Delia selalu memandangi etalasenya dengan penuh rasa ingin. Ah, sungguh sebuah hadiah Natal yang istimewa.

Ironis. Satir.

Dua kata inilah yang saya temukan dalam buku kumpulan cerpen O. Henry ini. Dalam After Twenty Years misalnya. Betapa sepasang sahabat—Jim dan Bob—yang bersepakat untuk reuni setelah lewat 20 tahun. Sebelumnya, mereka berjanji untuk bertemu di suatu trotoar jalan. Bob yang datang lebih dulu pun kemudian berbincang-bincang sejenak dengan seorang polisi yang melintas di dekatnya. Setelah sang polisi pergi, Bob menemukan dirinya dibekuk oleh seorang polisi yang tengah menyamar. Dengan secarik kertas titipan bertuliskan pesan ”Bob, I went to the appointed place on time. I was the policeman you were talking to. When you struck a match to light your cigar, I saw it was the face of a man wanted by the police in Chicago. Since I hated the idea of arresting an old friend by myself, I sent a plain-clothes man to do it—Jim”

Again, ironis. Satir. Dua unsur yang dibalut O. Henry dalam kombinasi twist plot yang memukau, surpring ending, rangkaian kosakata sederhana dan para karakter tokoh yang membumi. Membumi, karena karakter-karakter tokoh rekaan O. Henry memang berdasarkan pada manusia pada umumnya. Dalam buku berisi 8 cerpen populer karya O. Henry ini misalnya. Ada gadis penjaga toko yang kesepian, aktris yang tengah berjuang meraih popularitas, pasangan kekasih yang malang, atau pasangan suami istri yang terjebak dalam rutinitas kehidupan perkawinan yang menjemukan. Para orang biasa—atau lebih tepatnya, kita.

Mungkin itu pula alasannya, mengapa O. Henry tetap eksis sebagai salah satu penulis cerpen yang populer di Amerika—pun ia wafat pada tahun 1910. Karena saya yakin, setiap pembacanya pasti menemukan sensasi tersendiri saat membaca karya-karya O. Henry. Dan betapa usai membaca satu cerpen, kita akan haus untuk membaca cerpen-cerpen berikutnya.

Sensasi sama yang saya temui kala membuka setumpuk kado. Penuh excitement. Penuh kejutan. Dengan hanya satu pertanyaan sederhana.

”What’s next?”
***

0 komentar:

Posting Komentar